MENGAPA HARUS BAHASA INDONESIA?
Oleh : Rudi Prima M.P
Bahasa,
seyogyanya menunjukkan identitas suatu bangsa. Setiap bangsa memiliki bahasanya
sendiri dan merasa bangga dengan bahasa mereka. Bahkan mereka saling beradu dan
berusaha keras untuk memperkenalkan bahasa bangsanya ke forum-forum
internasional meski mereka tahu bahwa bahasa Inggris telah ditetapkan sebagai
bahasa universal. Tapi apa yang terjadi jika bahasa nasional yang seharusnya
menjadi bahasa sehari-hari perlahan-lahan tergeser kedudukannya dan digantikan
dengan bahasa modern atau bahasa gaul yang akhir-akhir ini menyebar luas dengan
cepat di kalangan masyarakat.
Bahasa Persatuan
Bila
ditelusuri akar sejarahnya, bahasa Indonesia bukanlah bahasa turun temurun yang
diwariskan oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Sebelum mengenal bahasa
Indonesia, masyarakat lebih dulu mengenal “Bahasa Melayu.” Penyebutan pertama
istilah “Bahasa Melayu” sudah dilakukan pada masa sekitar 683-686 M, yaitu
angka tahun yang tercantum pada beberapa prasasti berbahasa Melayu Kuno dari
Palembang dan Bangka. Prasasti-prasasti ini ditulis dengan aksara Pallawa atas
perintah raja Sriwijaya, kerajaan maritim yang berjaya pada abad ke-7 hingga
abad ke-12. Wangsa Syailendra juga meninggalkan beberapa prasasti Melayu Kuno
di Jawa Tengah. Keping Tembaga Laguna yang ditemukan di dekat Manila juga
menunjukkan keterkaitan wilayah itu dengan Sriwijaya.
Setelah
bertahun-tahun silam sejak runtuhnya kerajaan Sriwijaya, bahasa Melayu di
Indonesia rupanya masih digunakan sebagai lingua
franca (bahasa pergaulan). Hanya saja, saat itu belum banyak daerah yang
menggunakannya sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu masih menggunakan bahasa daerah
yang jumlahnya mencapai 360 bahasa.
Pada
tanggal 28 Oktober 1928 tepatnya di hari Sumpah Pemuda, bahasa Indonesia secara
resmi diakui sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan. Meski begitu, ejaan
bahasa Indonesia pada saat itu masih belum bisa terlepas dari campuran unsur
Melayu di dalamnya. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional merupakan
usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam
pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Muhammad Yamin mengatakan
bahwa: “Jika mengacu pada masa depan
bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesustraannya, hanya ada dua bahasa
yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu.
Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa
pergaulan atau bahasa persatuan.”
Bahasa yang Terancam
Dewasa
ini, bahasa Indonesia perlahan-lahan mulai ditinggalkan oleh masyarakat.
Maraknya bahasa gaul atau bahasa modern yang kini menyebar luas khususnya di
kalangan kaum remaja Indonesia tampaknya telah berhasil menggeser kedudukan
bahasa Indonesia.
Bahasa
gaul itu sendiri adalah bahasa atau istilah-istilah yang mempunyai arti khusus
dan sering digunakan oleh suatu kelompok tertentu lalu menyebar ke kelompok
lainnya. Bahasa gaul memiliki ciri-ciri yang unik. Terkadang menyimpang dari
arti kata yang sebenarnya, juga tak jarang merupakan gabungan kata atau
kependekkan dari suatu kata. Seiring dengan perkembangan zaman, bahasa gaul
juga terus berkembang bersamaan dengan bertambahnya kreativitas remaja saat
ini.
Tak
hanya itu, bahasa Inggris juga sepertinya sangat diminati oleh masyarakat bukan
saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh penjuru dunia. Akses-akses utama
komunikasi dan informasi seakan-akan dikuasai oleh bahasa asing. Hampir 90%
data yang tersaji di internet menggunakan luteratur berbahasa Inggris.
Film-film Hollywood yang saat ini digandrungi anak muda sebagian besar
berbahasa Inggis. Selain itu, film kartun produksi Jepang yang menjadi sasaran
anak berusia 12 tahun kebawah juga turut serta secara tidak langsung memaksa
anak-anak Indonesia untuk mempelajari bahasa negara matahari tersebut. Alasan
inilah yang menjadi penyebab utama mengapa para pemuda sekarang lebih
bersemangat untuk mempelajari bahasa asing ketimbang mendalami kecakapan bahasa
Indonesia itu sendiri. Padahal, sebenarnya bahasa Inggris dapat menghilangkan
identitas bahasa Indonesia sebagai bahasa negara juga bahasa kesatuan Republik
Indonesia dan sebagai alat pemersatu bangsa. Kedua, mereka yang mahir berbahasa
asing akan dianggap oleh sebagian besar masyarakat sebagai orang-orang dengan
tingkat intelektual tinggi. Penilaian masyarakat Indonesia yang seperti itu
menyebabkan bahasa gaul dan asing semakin mendominasi kehidupan sehari-hari. Dikalangan
remaja sendiri, teman yang memiliki kemampuan bahasa inggris secara aktif akan
dilihat dan dinilai lebih keren dan tentu saja ini adalah anggapan yang
menyenangkan bagi mereka yang mahir berbahasa asing. Penyebab ketiga,
pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah hanya sebatas teori tata bahasa dan
sastra. Mencatat penggunaan imbuhan, mengetahui karya-karya sastrawan besar
beserta angkatannya serta membuat satu atau dua karangan dirasa cukup untuk
meningkatkan kualitas akan pengetahuan berbahasa Indonesia. Padahal, jika
dihubungkan dengan penyebab pertama tadi, pelajaran bahasa Indonesia bisa saja
menjadi sarana kampanye demi tercapainya sebuah solusi yakni mengembalikan
peran bahasa Indonesia dalam akses-akses komunikasi dan informasi di kalangan
masyarakat Indonesia.
Terkenal di Dunia
Ketika
sebagian besar masyarakat Indonesia beramai-ramai mempelajari bahasa asing, 45
negara di dunia justru mempelajari bahasa Indonesia. Beberapa negara yang
dimaksud antara lain: Australia, Amerika, Kanada, Vietnam dan banyak negara
lainnya. Bahkan bahasa Indonesia menjadi bahasa populer keempat di Australia.
Ada sekitar 500 sekolah yang mengajarkan bahasa Indonesia disana. Bahkan
hebatnya, murid kelas 6 sekolah dasar di Australia sebagian besar mahir
berbahasa Indonesia.
Tidak
hanya itu, pada bulan Desember 2007 Pemerintah Daerah Kota Ho Chi Minh,
Vietnam, secara resmi mengumumkan bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua di kota
Ho Chi Minh. Salah satu penyebab bahasa Indonesia begitu diminati oleh bangsa
Vietnam antara lain karena kemungkinan meningkatnya hubungan bilateral antara
Indonesia dengan Vietnam di masa depan. Selain itu, Konsul Jenderal RI di Ho
Chi Minh City untuk periode 2007-2008, Irdamis Ahmad di Jakarta mengatakan,
“Bahasa Indonesia sejajar dengan bahasa Inggris, Perancis dan Jepang sebagai
bahasa kedua yang diprioritaskan.”
Salah
seorang penulis blog yang juga salah satu pengguna multiply mengikuti acara
Wordcamp Indonesia. Acara ini sebelumnya pernah diselenggarakan di Filipina dan
Thailand. Dalam acara ini, ia mengatakan bahasa Indonesia adalah bahasa kedua
setelah bahasa Spanyol yang sering menghiasi jaringan WordPress.
Sebenarnya
tak semata-mata penggunaan bahasa asing dan gaul pada masyarakat Indonesia akan
berdampak negatif. Adanya bahasa gaul justru membuat masyarakat Indonesia
dinilai semakin kreatif dalam pengelolaan bahasa. Sedangkan pemakaian bahasa
asing dalam masyarakat Indonesia juga membuktikan bahwa masyarakat dapat
mengikuti kemajuan zaman dan berusaha agar tidak tertinggal oleh negara lain. Menghadapi
hal ini, sudah seharusnya masyarakat Indonesia mempertebal sikap nasionalisme
dalam berbahasa sesuai dengan isi Sumpah Pemuda alenia ketiga yang berbunyi,
“Kami, putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.”
Dengan
ini, diharapkan dampak negatif yang timbul seperti menurunnya derajat bahasa
Indonesia dimata masyarakat dan parahnya lagi mungkin hingga menyebabkan
kepunahan bahasa Indonesia bisa dihindari. Besarnya minat untuk mempelajari
bahasa Indonesia yang ditunjukkan oleh negara lain juga patut menjadi apresiasi
dan motivasi agar masyarakat Indonesia khususnya para remaja mampu menjaga dan
melestarikan bahasa Indonesia yang dulu pernah diperjuangkan oleh pemuda pemudi
Indonesia. Adalah hal baik jika kita menguasai bahasa asing, namun akan lebih
baik lagi jika kita bangga menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan
sehari-hari.
Sumber:
www.wikipedia.com
www.kompas.com
www.scribd.com
www.amriltgobel.multiply.com
www.rizkyniawatikiky.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar