Selasa, 28 Oktober 2014

Identifikasi Artikel Dengan Tata Cara Penulisan Sesuai EYD






Sejarah Harian Warta Kota
Nama Penerbitan
:
Harian Warta Kota
Penerbit
:
PT.Metrogema Media Nusantara
Waktu      Terbit
:
Terbit setiap hari termasuk Minggu
Jumlah halaman
:
20 halaman (warna 4 halaman) sampai 28 halaman.
Tiras
:
212.886 (per Februaril 2008) diaudit oleh Audit Bureau Of Circulation (Australia)
Harga
:
Eceran Rp 1.500, berlangganan
Rp 38.000/bulan
Alamat
:
Gedung Kompas Gramedia Unit I Lt 2-3, Jalan Palmerah Barat 33-37, Jakarta 10270.
E-mail iklan
:
Telepon
:
(021) 53677881, 53677882
Fax
:
(021)-53676972


Posisi Warta Kota

Harian Warta Kota telah menempati posisi yang signifikan sebagai koran terbesar di Jabotabek. Dari sisi banyaknya koran yang terjual di pasar Warta Kota termasuk suratkabar terbesar kedua di Jakarta dan Jabotabek, setelah Harian Kompas. Angka cetak tertinggi pada tahun 2008 terjadi pada taggal 13 Juni 2008, yakni sebesar 245.099, dengan angka terjual tertinggi pada bulan Juni 2008 yaitu 216.276 artinya koran yang menjadi uang tidak termasuk bukti iklan, koran untuk karyawan, untuk barter, promosi, dll. Warta Kota menaikkan harga jual menjadi Rp 1500 (Langganan menjadi Rp 38.000) per 1 Juli 2008, membuat jumlah pembaca turun sekitar 10-20 prosen, dan stabil di angka oplah 200.000 sampai dengan Desember 2008, dengan tingkat laku 180.000 an.
Keberadaan Warta Kota di Jakarta dan sekitarnya dapat dilihat di setiap perempatan jalan, lapak-lapak, kios, maupun tempat berjualan media lainnya. Di stasiun keretaapi Bekasi, Bogor, Depok, Serpong, yang membawa komuter bekerja ke Jakarta setiap pagi, Warta Kota merupakan raja dan sudah menjadi semacam bacaan wajib. Setiap hari halaman depan Warta Kota hadir dengan menu berita yang menjangkau beragam segmen, yakni tontonan sepakbola, selebritis, humor, dan peristiwa paling panas hari itu. Hot news itu digarap dengan judul dan bahasa yang mudah dimengerti, disertai foto atau garapan grafis yang apik.

Selain itu ditampilkan berita utama yang berkaitan dengan kepentingan orang banyak, seperti masalah rasa aman, tren harga, kecenderungan bisnis, kerisauan kesehatan, topik pendidikan, problema transportasi, yang sedang ramai dibicarakan.
Tampilan yang bersih, disain yang menarik, paduan warna yang cerah, grafis kronologis yang jelas, menambah daya tarik. Tim disain artistik Warta Kota merupakan salah satu terbaik di Tanah Air saat ini. Khususnya untuk halaman berwarna, dalam hal pemilihan warna dan tata letak, mereka berupaya membuat tampilan dapat senyaman mungkin di mata pembaca. Berita bergrafis di halaman satu Warta Kota sudah mendapatkan pujian bahkan dari luar negeri sehingga pakar dari Amerika Serikat dan Skotlandia menyempatkan diri untuk membuat semacam studi dan menuliskannya di jurnal internasional.
Saat ini Warta Kota dapat disebutkan dengan koran umum, dengan tema bebas meskipun basisnya tetap pada berita perkotaan, dengan bahasan pada segala masalah yang terjadi ataupun berkaitan dengan persoalan perkotaan dan segala tingkah polah manusianya. Pilihan menu antara olahraga, selebritas, dan hot topics ini ternyata mendapat sambutan hangat dari pembaca, sehingga Warta Kota bisa tumbuh pesat.

Sejarah Berdirinya Harian Warta Kota Tahun 1998 terjadi pergeseran kepemimpinan di Indonesia, Soeharto mengundurkan diri sebagai presiden sehingga jabatan itu jatuh ke tangan BJ Habibie. Dalam kabinet Habibie yang mulai bertugas bulan Mei itu juga, jabatan Menteri Penerangan dipegang oleh Letjen Yunus Yosfiah, seorang tentara yang berpikiran moderat dan maju. Bagi dunia pers Yunus membawa angin segar karena Departemen Penerangan yang selama ini menjadi momok dengan aksi bredel media massa, memudahkan pembuatan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP). Tidak perlu lagi ada rekomendasi lembaga tertentu dan screening dari berbagai lembaga terhadap mereka yang akan mengelola pers.
Kelompok Kompas Gramedia (KKG) memanfaatkan kesempatan yang tersedia ini dengan keinginan untuk membentuk sebuah suratkabar yang berorientasi pada pemberitaan di Jakarta dan sekitarnya. Selama ini Harian Kompas yang juga milik KKG hanya memiliki dua halaman itupun masih diisi iklan untuk berita-berita di Ibu Kota dan sekitarnya walaupun terbit di Jakarta. Alasannya karena merupakan koran nasional Harian Kompas harus proporsional dalam pemberitaan yang bersifat kedaerahan. Padahal disadari atau tidak, sebagian besar (65 persen) pembaca Harian Kompas adalah warga Jakarta dan sekitarnya.
Secara administratif dibentuklah PT Metrogema Media Nusantara (MMN) untuk mengajukan SIUPP dan Departemen Penerangan memberikan SIUPP No. 726/SK/MENPEN/SIUPP/1998 tertanggal 19 November tahun 1998. Setelah itu pimpinan KKG mengkaryakan sejumlah orang untuk membidani kelahiran Harian Warta Kota sekaligus membuat visi, misi, dan jabaran pemberitaannya. Mereka antara Agung Adiprasetyo (Presiden Direktur Kompas Gramedia) di bidang usaha serta Banu Astono, Trias Kuncahyono (kini Wakil Pemred Harian Kompas), Eko Warjono, Mohamad Subhan SD, Hendry Ch Bangun dari redaksi Harian Kompas. Di samping itu sejumlah unsur redaksi dari Kelompok Kompas Gramedia yakni Paulus Sulasdi, Bambang Putranto, Sigit Setiono, Tatang Suherman. Dalam tahap persiapan ini diadakan rekrutmen wartawan baru. Setelah berbagai kesiapan hal-hal fisik, seperti kantor serta perangkat-perangkatnya dan penyiapan personil, Harian Warta Kota terbit pertama kali pada tanggal 3 Mei 1999, bertepatan dengan saat-saat kampanye Pemilihan Umum 1999.
Sesuai dengan visi dan misinya, Harian Warta Kota dimaksudkan untuk menjadi media khas bagi warga Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan sekitarnya yang diharapkan dapat menjadi panduan warga dalam melihat dan menjalani hak-hak dan kewajibannya. Dengan demikian Harian Warta Kota sekaligus menjadi jembatan sesama masyarakat, antara masyarakat dengan pemerintah (daerah dan wilayah) serta semua aparat yang memberikan pelayanan. Juga menjadi medium yang mempertemukan masyarakat sebagai konsumen dengan berbagai penyedia jasa pelayanan, perdagangan, industri, hiburan, dan semua kebutuhan mereka.
Untuk mudah disantap pembacanya, berita-berita di Harian Warta Kota diolah dengan singkat, dalam bahasa yang mudah dimengerti, dan diserta ilustrasi grafis, tabel, dan gambar yang proporsional. Kemudian untuk membedakan dengan koran kota pada umumnya yang mengumbar berita criminal dan seks secara vulgar, Harian Warta Kota memakai pendekatan yang santun, menjunjung etika, dan tidak bombastis, dengan maksud juga agar dapat dinikmati seluruh anggota keluarga. Khusus mengenai berita kriminal yang merupakan ciri khas koran kota, diupayakan terdapat tips, saran, agar masyarakat dapat menghindar dari tindak kejahatan.

 Koreksi :

kertaapi          seharusnya   kereta api
komuter          seharusnya   komputer
Hot news       seharusnya   berita hangat
Problema       seharusnya   permasalahan
Polah             seharusnya   pola
Hot topics      seharusnya   topik hangat
Screening       seharusnya   melihat
Suratkabar     seharusnya   surat kabar
Criminal         seharusnya   kriminal atau tindak kejahatan
Bombastis      seharusnya   berlebihan
Prosen           seharusnya   persen




Memahami dan Bangga akan Bahasa Indonesia

MENGAPA HARUS BAHASA INDONESIA?
Oleh : Rudi Prima M.P

Bahasa, seyogyanya menunjukkan identitas suatu bangsa. Setiap bangsa memiliki bahasanya sendiri dan merasa bangga dengan bahasa mereka. Bahkan mereka saling beradu dan berusaha keras untuk memperkenalkan bahasa bangsanya ke forum-forum internasional meski mereka tahu bahwa bahasa Inggris telah ditetapkan sebagai bahasa universal. Tapi apa yang terjadi jika bahasa nasional yang seharusnya menjadi bahasa sehari-hari perlahan-lahan tergeser kedudukannya dan digantikan dengan bahasa modern atau bahasa gaul yang akhir-akhir ini menyebar luas dengan cepat di kalangan masyarakat.

Bahasa Persatuan
Bila ditelusuri akar sejarahnya, bahasa Indonesia bukanlah bahasa turun temurun yang diwariskan oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Sebelum mengenal bahasa Indonesia, masyarakat lebih dulu mengenal “Bahasa Melayu.” Penyebutan pertama istilah “Bahasa Melayu” sudah dilakukan pada masa sekitar 683-686 M, yaitu angka tahun yang tercantum pada beberapa prasasti berbahasa Melayu Kuno dari Palembang dan Bangka. Prasasti-prasasti ini ditulis dengan aksara Pallawa atas perintah raja Sriwijaya, kerajaan maritim yang berjaya pada abad ke-7 hingga abad ke-12. Wangsa Syailendra juga meninggalkan beberapa prasasti Melayu Kuno di Jawa Tengah. Keping Tembaga Laguna yang ditemukan di dekat Manila juga menunjukkan keterkaitan wilayah itu dengan Sriwijaya.
Setelah bertahun-tahun silam sejak runtuhnya kerajaan Sriwijaya, bahasa Melayu di Indonesia rupanya masih digunakan sebagai lingua franca (bahasa pergaulan). Hanya saja, saat itu belum banyak daerah yang menggunakannya sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu masih menggunakan bahasa daerah yang jumlahnya mencapai 360 bahasa.
Pada tanggal 28 Oktober 1928 tepatnya di hari Sumpah Pemuda, bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan. Meski begitu, ejaan bahasa Indonesia pada saat itu masih belum bisa terlepas dari campuran unsur Melayu di dalamnya. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional merupakan usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Muhammad Yamin mengatakan bahwa: “Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesustraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan.

Bahasa yang Terancam
Dewasa ini, bahasa Indonesia perlahan-lahan mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Maraknya bahasa gaul atau bahasa modern yang kini menyebar luas khususnya di kalangan kaum remaja Indonesia tampaknya telah berhasil menggeser kedudukan bahasa Indonesia.
Bahasa gaul itu sendiri adalah bahasa atau istilah-istilah yang mempunyai arti khusus dan sering digunakan oleh suatu kelompok tertentu lalu menyebar ke kelompok lainnya. Bahasa gaul memiliki ciri-ciri yang unik. Terkadang menyimpang dari arti kata yang sebenarnya, juga tak jarang merupakan gabungan kata atau kependekkan dari suatu kata. Seiring dengan perkembangan zaman, bahasa gaul juga terus berkembang bersamaan dengan bertambahnya kreativitas remaja saat ini.
Tak hanya itu, bahasa Inggris juga sepertinya sangat diminati oleh masyarakat bukan saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh penjuru dunia. Akses-akses utama komunikasi dan informasi seakan-akan dikuasai oleh bahasa asing. Hampir 90% data yang tersaji di internet menggunakan luteratur berbahasa Inggris. Film-film Hollywood yang saat ini digandrungi anak muda sebagian besar berbahasa Inggis. Selain itu, film kartun produksi Jepang yang menjadi sasaran anak berusia 12 tahun kebawah juga turut serta secara tidak langsung memaksa anak-anak Indonesia untuk mempelajari bahasa negara matahari tersebut. Alasan inilah yang menjadi penyebab utama mengapa para pemuda sekarang lebih bersemangat untuk mempelajari bahasa asing ketimbang mendalami kecakapan bahasa Indonesia itu sendiri. Padahal, sebenarnya bahasa Inggris dapat menghilangkan identitas bahasa Indonesia sebagai bahasa negara juga bahasa kesatuan Republik Indonesia dan sebagai alat pemersatu bangsa. Kedua, mereka yang mahir berbahasa asing akan dianggap oleh sebagian besar masyarakat sebagai orang-orang dengan tingkat intelektual tinggi. Penilaian masyarakat Indonesia yang seperti itu menyebabkan bahasa gaul dan asing semakin mendominasi kehidupan sehari-hari. Dikalangan remaja sendiri, teman yang memiliki kemampuan bahasa inggris secara aktif akan dilihat dan dinilai lebih keren dan tentu saja ini adalah anggapan yang menyenangkan bagi mereka yang mahir berbahasa asing. Penyebab ketiga, pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah hanya sebatas teori tata bahasa dan sastra. Mencatat penggunaan imbuhan, mengetahui karya-karya sastrawan besar beserta angkatannya serta membuat satu atau dua karangan dirasa cukup untuk meningkatkan kualitas akan pengetahuan berbahasa Indonesia. Padahal, jika dihubungkan dengan penyebab pertama tadi, pelajaran bahasa Indonesia bisa saja menjadi sarana kampanye demi tercapainya sebuah solusi yakni mengembalikan peran bahasa Indonesia dalam akses-akses komunikasi dan informasi di kalangan masyarakat Indonesia.

Terkenal di Dunia
Ketika sebagian besar masyarakat Indonesia beramai-ramai mempelajari bahasa asing, 45 negara di dunia justru mempelajari bahasa Indonesia. Beberapa negara yang dimaksud antara lain: Australia, Amerika, Kanada, Vietnam dan banyak negara lainnya. Bahkan bahasa Indonesia menjadi bahasa populer keempat di Australia. Ada sekitar 500 sekolah yang mengajarkan bahasa Indonesia disana. Bahkan hebatnya, murid kelas 6 sekolah dasar di Australia sebagian besar mahir berbahasa Indonesia.
Tidak hanya itu, pada bulan Desember 2007 Pemerintah Daerah Kota Ho Chi Minh, Vietnam, secara resmi mengumumkan bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua di kota Ho Chi Minh. Salah satu penyebab bahasa Indonesia begitu diminati oleh bangsa Vietnam antara lain karena kemungkinan meningkatnya hubungan bilateral antara Indonesia dengan Vietnam di masa depan. Selain itu, Konsul Jenderal RI di Ho Chi Minh City untuk periode 2007-2008, Irdamis Ahmad di Jakarta mengatakan, “Bahasa Indonesia sejajar dengan bahasa Inggris, Perancis dan Jepang sebagai bahasa kedua yang diprioritaskan.”
Salah seorang penulis blog yang juga salah satu pengguna multiply mengikuti acara Wordcamp Indonesia. Acara ini sebelumnya pernah diselenggarakan di Filipina dan Thailand. Dalam acara ini, ia mengatakan bahasa Indonesia adalah bahasa kedua setelah bahasa Spanyol yang sering menghiasi jaringan WordPress.

Sebenarnya tak semata-mata penggunaan bahasa asing dan gaul pada masyarakat Indonesia akan berdampak negatif. Adanya bahasa gaul justru membuat masyarakat Indonesia dinilai semakin kreatif dalam pengelolaan bahasa. Sedangkan pemakaian bahasa asing dalam masyarakat Indonesia juga membuktikan bahwa masyarakat dapat mengikuti kemajuan zaman dan berusaha agar tidak tertinggal oleh negara lain. Menghadapi hal ini, sudah seharusnya masyarakat Indonesia mempertebal sikap nasionalisme dalam berbahasa sesuai dengan isi Sumpah Pemuda alenia ketiga yang berbunyi, “Kami, putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.”
Dengan ini, diharapkan dampak negatif yang timbul seperti menurunnya derajat bahasa Indonesia dimata masyarakat dan parahnya lagi mungkin hingga menyebabkan kepunahan bahasa Indonesia bisa dihindari. Besarnya minat untuk mempelajari bahasa Indonesia yang ditunjukkan oleh negara lain juga patut menjadi apresiasi dan motivasi agar masyarakat Indonesia khususnya para remaja mampu menjaga dan melestarikan bahasa Indonesia yang dulu pernah diperjuangkan oleh pemuda pemudi Indonesia. Adalah hal baik jika kita menguasai bahasa asing, namun akan lebih baik lagi jika kita bangga menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.

Sumber:
www.wikipedia.com
www.kompas.com
www.scribd.com
www.amriltgobel.multiply.com

www.rizkyniawatikiky.blogspot.com